Hunto Sultan
Amay merupakan Mesjid tertua di Gorontalo. Mesjid ini berdiri pada
tahun 899 Hijriah bertepatan 1495 Masehi. Dibalik tiang-tiangnya yang
kokoh Mesjid ini memiliki kisah sejarah yang unik dan menarik untuk
diketahui.
H Syamsuri Kaluku yang biasa di sapa Pak Haji oleh
masyarakat sekitar merupakan satu diantara jemaah yang mengetahui betul
cerita berdirinya Mesjid tua itu. Ia mengisahkan dan mengungkapkan
beberapa sejarah Mesjid Sultan Amay yang menjadi tempat pusat awal
perkembangan agama Islam.
"Islam sebenarnya sudah masuk di
Gorontalo semenjak 1300an Masehi, hanya saja perkembangannya nanti pada
tahun 1490an tepatnya pada saat Mesjid ini berdiri," ujar Pak Haji
mengawali kisah cerita Mesjid tua pada tribungorontalo.com, Minggu
(24/7)
Lanjutnya sebelum Mesjid tersebut berdiri wilayah yang
kini telah menjadi Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan, Kota
Gorontalo dipimpin oleh Raja Amay seorang pemimpin muda, ganteng, dan
masih lajang. Raja dan para pengikutnya saat itu menganut kepercayaan
animisme. Patung, pohon, dan hal-hal yang dianggap mistik merupakan
sesembahan masyarakat saat itu.
Sang Raja kemudian jatuh cinta
pada putri raja. Putri Boki Antungo yang merupakan putri Raja Palasay,
gadis cantik asal Mautong Sulawesi Tengah.
Berniat hendak
meminang sang putri, Raja Amay kemudian mendatangi langsung sang Raja
Palasay ayahanda sang putri. Ungkapan ingin memimang pun disampaikan
langsung dan Raja Palasay menerima baik niat Raja Amay.
Raja
Palasay yang ketika itu merupakan pengikut agama Islam yang taat,
kemudian mengajukan satu syarat kepada Raja Amay. Jika disepakati maka
Raja Palasay merestui anaknya dinikahi Raja Amay. "Satu syarat yang
diajukan yaitu Raja Amay harus masuk Islam dengan bukti Raja Amay harus
mendirikan Mesjid," lanjut Pak Haji yang juga merupakan Pengurus Badan
Ta'mirul Mesjid Hunto Sultan Amay.
Permintaan Raja Palasay
kemudian disetujui oleh Raja Amay. Pembangunan Mesjid pun dilakukan di
Gorontalo. Mesjid tersebut kemudian diberi nama Hunto Sultan Amay. Hunto
singkatan dari Ilohuntungo berarti basis atau pusat perkumpulan agama
Islam ketika itu.
Sebelum menikah Raja Amay mengumpulkan seluruh
rakyatnya. Raja Amay dengan terang-terangan mendeklarasikan diri telah
memeluk agama Islam secara sah dan kemudian meminta seluruh pengikutnya
untuk melakukan pesta meriah. Pada pesta tersebut Raja Amay meminta
kepada rakyatnya untuk menyembelih babi disertai dengan pelaksanaan
sumpah adat.
"Tepatnya dihalaman Mesjid ini, digelar pesta dan
sumpah adat dengan hidangan babi, darah babi kemudian dijadikan simbol
sumpah adat yang diteteskan dibagian kepala (jidat) dengan isi sumpah
hari tersebut merupakan hari terakhir rakyatnya memakan babi," ungkap
Pak Haji dengan semangat.
Usai proses sumpah adat, Raja Amay
kemudian meminta rakyatnya untuk masuk Islam dengan membaca dua kalimat
syahadat. Pernikahan Raja Amay dan Putri Boki Antungo pun dilakukan di
Mautong dan Mesjid Hunto Sultan Amay menjadi hadiah pernikahan Raja Amay
kepada istrinya.
Syekh Syarif Abdul Aziz ahli agama Islam dari
Arab Saudi didatangkan langsung oleh Raja Amay untuk menyebarluaskan
agama Islam di Gorontalo. Dan sampai saat ini masih terbukti sebagian
besar masyarakat Gorontalo menganut kepercayaan agama Islam atas upaya
dari Raja Amay.
Saat ini bentuk dan ukuran Mesjid Hunto Sultan
Amay telah dipugar dan diperbesar tanpa menghilangkan keasliannya.
Diantaranya mimbar yang biasa digunakan untuk berkhotbah dan tiang-tiang
Mesjid yang masih kokoh berdiri serta ornamen-ornamen beraksen
kaligrafi Arab.
Adapula bedug yang terbuat dari kulit kambing
yang sudah mulai menipis dengan kondisi telah dihiasi lubang-lubang
kecil tetapi masih digunakan hingga saat ini. Posisinya terletak
dibagian dalam, tepatnya di sudut kanan depan Mesjid. Semuanya asli dan
telah berumur lebih dari 600 tahun.
Peninggalan asli lainnya
adalah sumur tua yang hingga kini masih digunakan oleh jemaah dan
masyarakat sekitar. Posisinya terletak di samping kiri mesjid,
berdekatan dengan tempat wudhu. Sumur tua tersebut terbuat dari kapur
dan putih telur Maleo dengan diameter lebih dari satu meter dan
ketinggian mencapai tujuh meter.
Kondisi cuaca Gorontalo yang
sering dilanda musim panas berkepanjangan tidak mempengaruhi kondisi
airnya yang terus melimpah dan jernih. Masyarakat setempat pun meyakini
air sumur tua Mesjid Hunto Sultan Amay keramat dan sering digunakan
untuk mengobati berbagai penyakit.
Luas keaslian Mesjid 144 meter
persegi tapi sekarang sudah lebih besar. Ukuran aslinya itu merupakan
wilayah pusatnya dan masih tetap asli sampai sekarang. Dilakukan
perbaikan dikarenakan sudah rusak dan dipercantik kembali tanpa
menghilangkan keasliannya
Area Mesjid yang telah diperlebar
diantaranya dibagian depan dan sebelah kanan Mesjid yang dijadikan ruang
shalat wanita. Serta ada penambahan bangunan yang hingga kini dalam
proses pembangunan di lantai dua. "Rencananya lantai dua juga untuk
wanita, Insya Allah puasa ini sudah bisa digunakan," harapnya.
Tidak
hanya air sumur tua, Mesjid ini pun diyakini keramat sehingga banyak
yang datang berkunjung dan berziarah. Tepat di mihrab berbatasan dengan
tempat posisi Imam berdiri merupakan makam Sultan Amay.
"Ada
batasnya dan sudah di atur antara kuburan Sultan Amay dan tempat posisi
Imam berdiri biar tidak terkesan kita menyembah beliau (Raja Amay),"
jelas pak Haji sambil menunjukkan posisi tempat imam dan kuburan Raja
Amay berada.
Lokasi mimbar tersebut sering mengeluarkan aroma
yang harum alami tanpa pewangi buatan. Sedangkan dibagian belakang
Mesjid merupakan kuburan tua termasuk Syekh-Syekh zaman dulu yang turut
serta menyebarkan agama Islam di Gorontalo.
Bentuk keramat lain
biasanya dapat dirasakan oleh orang-orang tertentu yang datang dari
kalangan peziarah. Biasanya dilihat dari tingkat keimanannya
masing-masing, semakin tinggi imannya maka semakin tinggi pula ujiannya.
Berdasarkan
pengalaman yang terjadi terdengar suara orang menangis di mimbar, ada
yang melihat banyak orang lagi shalat tetapi sebenarnya tidak ada
seorangpun didalam Mesjid. Bahkan ketika shalat sendiri tiba-tiba ada
suara dari belakang membalas kata amin atau salam.
"Cerita-cerita
seperti itu datang dari orang-orang yang berkunjung kesini (Mesjid
Hunto Sultan Amay). Kalau niatnya baik ujiannya lain semata-mata menguji
keimanan tapi kalau tidak baik biasanya ujiannya tidak enak, seperti
tidur sebaiknya jangan disini karena ini tempat ibadah," tutupnya.(susanty)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar